Penanganan Tuberkulosis di Indonesia Pasca Penghentian Program USAID
Meskipun program USAID untuk penanganan tuberkulosis dihentikan, Indonesia tetap mampu mengatasi permasalahan ini. Ketua Tim Kerja Tuberkulosis Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Tiffany Tiara Pakasi, menegaskan bahwa dampaknya tidak signifikan. Pelayanan tuberkulosis sudah terintegrasi dengan baik di fasilitas kesehatan (faskes) nasional.
Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menghentikan program USAID beberapa waktu lalu, yang beralasan karena dianggap boros anggaran, berdampak pada pasokan medis dan obat-obatan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Namun, Indonesia telah mempersiapkan diri dengan mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk sebagian besar kebutuhan obat-obatan. Beberapa daerah juga mampu menyediakan kebutuhan non-obat.
Indonesia juga mendapatkan dukungan dari The Global Fund untuk akses obat TB resisten, yang sebelumnya belum tersedia di Tanah Air. Meskipun demikian, penghentian program USAID berdampak pada sumber daya manusia (SDM) dan inovasi pengobatan. Saat ini, Indonesia masih mencari alternatif pembiayaan untuk mendukung inovasi pengobatan tersebut.
(24 Maret 2025)
Kesimpulan
Meskipun penghentian program USAID berdampak pada sumber daya dan inovasi pengobatan, Indonesia telah mempersiapkan diri dengan mengandalkan APBN dan dukungan internasional. Integrasi pelayanan tuberkulosis yang kuat di faskes nasional menjadi faktor kunci dalam menghadapi tantangan ini.
Social Header